Selamatkan Dirimu di Usia Remajamu, Tanpa Pergaulan Bebas
Gambar-ilustasi selamatkan dirimu di usia remajamu, tanpa pergaulan bebas, freepik.com |
Hamil di luar nikah merupakan salah satu akibat terburuk yang bisa dialami oleh para remaja atau orang yang terlalu bebas, yang sering dikenal dengan terjebak dalam pergaulan bebas.
Jika demikian, masa depan mereka mungkin sudah tidak menarik lagi. Karena merasa memiliki masa depan yang suram, depresi, bahkan yang terburuk pun bisa berujung pada bunuh diri.
Pergaulan bebas merupakan fenomena umum yang sering kita dengar di kalangan remaja. Secara umum, tidak hanya di kalangan remaja perkotaan saja, namun juga di daerah terpencil dan terpelosok sekalipun. Karena pergaulan bebas erat kaitannya dengan dunia remaja.
Pergaulan bebas artinya pergaulan tanpa batas, yang menimbulkan berbagai macam dampak negatif. Fenomena yang sering terjadi di lapangan saat ini adalah seperti media hiburan, perkumpulan remaja dan berbagai sarana lainnya telah memberikan ruang yang cukup rentan bagi remaja untuk melakukan pergaulan bebas.
Masa remaja identik dengan pergaulan. Penulis sering mendengar banyak orang mengatakan bahwa, “Jika Anda tidak bergaul di masa remaja, Anda tidak menikmati hidup”. Namun kita harus mengkaji mengapa remaja membutuhkan koneksi pergaulan. Entah itu kebutuhan, keinginan atau sekedar ikut-ikutan agar tidak ketinggalan dan dicap sebagai remaja yang tidak menyia-nyiakan waktu.
Siapakah sebenarnya remaja-remaja ini?
Menurut teorinya, masa remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti kedewasaan. Istilah masa remaja mempunyai arti yang lebih luas yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, karena mereka bukanlah anak-anak, tetapi mereka juga bukanlah orang dewasa atau orang tua. Jadi istilahnya masih dalam masa transisi, identik dengan orang-orang yang masih mencari jati dirinya. Orang yang mencari jati diri dengan sendirinya akan melakukan apa pun untuk memuaskan dan memenuhi keinginannya, termasuk berkencan. Hiburan remaja sekarang menjadi penting.
Sri Rumini dan Siti Sundari (2004) menyatakan bahwa masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang seluruh aspek atau fungsinya berkembang pada masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara usia 12-21 tahun bagi perempuan dan 13-22 tahun bagi laki-laki. Selama ini, orang tua harus mencermati tingkat usia sebenarnya yang bertanggung jawab dalam pembentukan arah hidup remaja.
Tahun ajaran di sekolah menengah atau perguruan tinggi merupakan usia yang rentan terjerumus ke dalam pergaulan salah tersebut.
Meningkatnya minat remaja terhadap masalah seksual saat ini disebabkan karena remaja berada pada potensi seksual yang aktif. Akibatnya remaja berusaha mencari informasi yang berbeda-beda mengenai hal tersebut.
Oleh karena itu, generasi muda mencari atau memperoleh informasi dari berbagai sumber, misalnya di sekolah atau universitas, dengan berbincang dengan teman, dari buku-buku yang berhubungan dengan seks, media atau internet.
Nah, kondisi seperti ini patut diwaspadai, karena jika tidak hati-hati, remaja tersebut pasti akan salah tafsir, tertipu, bahkan yang terburuk bisa menyalahgunakan informasi tersebut hingga merugikan dirinya sendiri.
Ketidaktahuan generasi muda mengenai seks membuat mereka tetap melakukan seks bebas atau kerja sukarela, dan hal ini tentu saja menyesatkan.
Akibat negatifnya bisa berupa perselingkuhan dan terminasi kehamilan. Fakta yang mengejutkan adalah bahwa setidaknya 700 ribu remaja Indonesia melakukan aborsi setiap tahunnya.
Sekalipun aborsi berisiko menyebabkan kematian. Seks remaja mempunyai banyak akibat lain, mulai dari tertular HIV/AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS), kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancies) hingga aborsi yang dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian.
Sementara itu, pergaulan bebas secara psikologis pada remaja menimbulkan banyak dampak pada remaja yang melakukannya, antara lain perasaan bersalah, malu, rendah diri, bahkan depresi, dan perasaan tidak berharga dalam hidupnya.
Seseorang yang merasa tertekan secara psikologis dan tidak berharga otomatis mempengaruhi segala hal yang dilakukannya. Mereka biasanya tidak mau melakukan apapun dan hanya memikirkan rasa bersalah yang ada di dalam diri mereka.
Remaja yang sudah terlanjur terjebak dalam pergaulan yang salah itu, kebanyakan hanya berpikir setiap hari dan bereaksi sangat lambat terhadap rangsangan lain di lingkungannya, dan yang paling parah adalah putus sekolah atau kuliah.
Untuk menjadi remaja yang berkualitas, seseorang harus cerdas dan mempunyai ilmu agama yang cukup. Hal ini dapat menjadi penyaring agar remaja tersebut tidak terjebak.
Banyak hal yang bisa dilakukan remaja untuk mengisi aktivitas sehari-hari agar tidak terjerumus ke dalam perangkap bodoh, antara lain mengisi hari-harinya dengan aktivitas positif, termasuk berorganisasi.
Seorang remaja juga harus mampu menjaga dirinya sendiri (isti'faaf). Hal ini bisa dilakukan bagi remaja yang mempunyai pemahaman hidup yang jelas.
Sejak dini, orang tua harus menanamkan pada anak landasan yang kuat bahwa Allah Swt menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Ketika pemahaman hidup yang benar sudah mengakar, generasi muda akan memahami jati dirinya, sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, serta memahami hubungannya dengan lingkungan.
Kualitas moral akan terus diperkuat dengan memahami batasan nilai dan komitmen terhadap tanggung jawab sosial. Remaja merasa nyaman dalam rumah yang dibangun atas dasar keterbukaan, cinta kasih dan saling pengertian dengan sesama keluarga.
selain itu, bentuk pengawasan serta bimbingan orang tua dan pendidik akan mencegah terjadinya pergaulan bebas pada remaja.
Penulis: M. Ainun Najib
Foto : freepik.com
Posting Komentar untuk "Selamatkan Dirimu di Usia Remajamu, Tanpa Pergaulan Bebas"