Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bondo Nekat


Dok. gambaran kebahagiaan putri dharma yanti (foto.putri
“Menyerah dengan Menelan Rasa Pahit atau Lanjut Untuk Meraih Impian?”

ukmpgc.unugiri.ac.id-Hidup adalah sebuah pilihan. Namun aku berharap bisa menyelesaikan semua ini dengan mudah. Menurutku, menyerah bukanlah jalan keluar untuk mengatasi sebuah problematika kehidupan. Maka, aku memilih untuk melanjutkan perjalanan proses kehidupanku ini  walaupun berjalan secara tertatih-tatih.

Yang aku  yakini dengan sepenuh hati, aku punya Allah, dan aku yakin semua perjalanan dalam proses hidupanku ini tidak akan ada yang sia-sia. Dan kedepannya aku yakin akan memperoleh hasil seperti yang saya harapkan.

Hai, namaku Putri Dharma Yanti. Aku biasa di panggil Putri. Aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Aku sekarang bertempat tinggal di Desa Sambongrejo, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro. Kedua kakakku sudah menikah dan mereka sekarang tinggal di Kota Surabaya ikut bersama dengan suaminya.

Sekarang hanya aku yang tinggal bersama ibu dan ayahku tercinta di rumah. Kami hidup dengan nuansa yang penuh kesederhanaan. 

Ayahku merupakan sosok pribadi inspiratif yang bekerja sebagai seorang petani. Beliau sangat luar biasa dengan jiwa pantang menyerahnya. Beliau juga sosok pekerja keras demi mencukupi kebutuhan ekonomi keluargaku.

Setiap melakukan pekerjaanya, ayahku menjalaninya dengan rasa penuh riang gembiara dan pantang mengeluh di depanku. inilah yang membuat diriku sangat bangga kepadanya. 

Ayahku jatuh sakit

Namun semuanya berubah, ketika ayahku jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit pada waktu aku naik di bangku kelas X (sepuluh) Madrasah Aliyah (MA). Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku saat itu. Yang jelas, saat itu aku sangat terpukul dalam kesedihan. Sehingga yang bisa kulakukan hanyalah berdo’a kepada Allah Swt agar ayahku segera di berikan kesembuhan.

Alhamdulillah Allah memang maha baik. Ayah bisa sembuh dan di izinkan untuk pulang dari rumah sakit. Kemudian hari-hari berjalan semestinya, ada suka maupun dukanya. Akan tetapi asal kedua orang tuaku masih berada di sampingku, aku anggap duniaku masih baik baik saja.

Perlu kawan-kawan Griya Cendekia ketahui, aku adalah seorang gadis yang sangat bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam proses menempuh dunia pendidikanku. Banyak impian yang ingin kuraih, banyak cita-cita yang ingin aku gapai. 

Namun, dalam proses meraih semua itu, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan seperti yang aku bayangkan. Maklum, kala itu aku  masih berusia 15 Tahun, jadi hanya mengetahui senangnya saja.

Naik ke bangku kelas XI (sebelas) MA, aku mempunyai sebuah planning untuk melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu bisa kuliah di Perguruan Tinggi (PT) impianku, dan berharap memiliki teman-teman yang smart (pintar) serta menyenangkan (alangkah indahnya bayangku).

Hanya dengan memikirkannya saja, bisa membuatku lebih bersemangat dalam belajar. aku berharap besar nantinya agar aku bisa kuliah di kampus yang kuimpikan. 

Ibuku Jatuh Sakit

Namun, ujian kembali menghampiri keluargaku, karena ibuku tercinta jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit. 

Waktu itu, aku merasa hampir kehilangan arah tujuan hidupku. Bahkan ada perasaan ingin menyalahkan semua takdir pada saat itu. Akan tetapi aku sadar bahwa itu bukanlah solusi untuk mengadapi dan menyelesaikan ujian hidup ini. 

Aku menjalani hidup dengan penuh pura-pura. Sambil meyakinkan diriku, bahwa semuanya akan baik-baik saja dan aku yakin ibuku akan lekas sembuh lagi, supaya aku bisa kembali bangkit dan melanjutkan perjuangkanku dalam menggapai cita-cita.

Pada waktu ibu dirawat di rumah sakit, aku hanya menjalani kehidupanku dengan cara mengerjakan pekerjaan rumah,  berangkat kesekolah dan kemudian kembali lagi ke rumah sakit untuk menemani dan merawat ibuku tecinta. 

Perasaanku sangat pilu saat melihat ibuku terbaring lemas tak berdaya di rumah sakit. Bahkan, aku terpaksa harus berusaha menampakkan senyumku seakan mengatakan, “Aku baik-baik saja, lekas sembuh ya ibuku sayang”. 

Namun, aku tidak boleh larut dalam keterpurukan. Sehinnga aku berkata pada diriku bahwa aku akan tetap bersemangat dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan dengan semangat yang lebih membara lagi dan tekad yang kuat, aku akan bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan apa yang telah aku cita-citakan.

Ibuku sembuh

Menginjak bangku kelas XII (dua belas), Alhamdulillah ibu sudah mulai sembuh dari sakit yang di deritanya. Sehingga perasaanku sangat senang kala itu, karena aku bisa kembali untuk menfokuskan diri belajar demi mewujudkan rencana-rencana yang sudah aku tata dengan rapi sebelumnya. 

Namun hidup ini milik Allah, kelas dua belas (XII) semester genap aku jatuh sakit, dan harus di rawat dirumah sakit. Sehingga aku harus menghabiskan waktuku di rumah sakit, disaat teman-teman  yang lain bisa mengikuti ujian. Tapi lain dengan nasibku yang hanya bisa berbaring di rumah sakit.

Untungnya, aku masih bisa mengikuti ujian walaupun dengan secara online. Kala itu, Aku mengerjakan soal-soal ujian sembari meneteskan air mata. Terbesit keinginan, aku hampir menyerah karena mendengar teman- temanku bisa mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi yang mereka impikan. Berbeda dengan ku yang hanya bisa berbaring di rumah sakit dan tersenyum masam.

Perbincanganku dengan ayah

Aku: Ayah (panggilku saat itu)

Ayah: Dalem nduk, kenapa? Sampean butuh apa? 

Aku: Putri belikan bolpoin sama buku tulis ya yah (pintaku)

Ayah: Loh, buat apa? sampean ini lagi sakit. Istirahat dulu! 

Aku: Ayah, belikan ya. Putri ingin belajar agar Putri tetap bisa kuliah. (pintaku dengan suara lirih).

Kemudian ayah beranjak pergi dari sampingku berbegas untuk membelikan bolpoin serta buku yang aku minta. Setelah itu,  ayah tiba, kemudian aku beranjak duduk dari ranjang rumah sakit untuk mulai belajar. 

Walaupun saat itu keadaan tanganku bengkak akibat infus, namun aku berusaha untuk tidak mempermasalahkannya dan fokus belajar untuk bekal masuk di perguruan tinggi yang aku impikan.

Tibalah saatnya, kelas XII melakukan study tour di Jawa Tengah, akan tetapi keadaanku masih berbaring lemah di rumah sakit. Ada perasaan iri dan sedih saat aku mengangkat video call dari sahabatku yang ikut study tour. Namun, Aku berusaha untuk tetap tersenyum ceria di hadapan kamera. 

Putri di izinkan pulang dari rumah sakit

Hampir satu bulan, waktuku habis di Rumah Sakit. Akhirnya dokter mengabarkan bahwa keadaanku sudah lebih membaik, sehingga aku di izinkan untuk pulang.

Mendengar kabar itu, aku sangat bahagia yang terpancar melaui raut wajahku dengan senyum manisku dan aku semakin bersemangat untuk menjalani kehidupanku di rumah. Walaupun waktu itu, aktivitasku masih terbatas karena belum pulih total sehingga perlu istirahat yang cukup.

Kumanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk terus belajar. Ternyata ketika diriku di rumah sakit, begitu banyak informasi yang terlewatkan tentang jalur untuk masuk kuliah di perguruan tinggi, yang waktu itu sudah banyak di tutup. 

Mengetahui kabar itu, sedikit membuatku down dan akhirnya harapanku satu-satunya hanyalah melalaui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi  Keagamaan Islam Negeri (UMPTKIN). Aku mencoba untuk membeli beberapa buku panduan dan kisi-kisi soal ujian untuk bekal saat aku tes nantinya.

Aku mulai mempelajarinya dengan sungguh-sungguh hingga ujian tiba. Waktu itu, ujian dilaksanakan secara online. Sehingga memudahkanku untuk mengikutinya, karena kondisiku yang belum pulih sepenuhnya. 

Hari pengumuman ujianpun tiba. Dengan hati yang campur aduk tidak karuan, kupasrahkan semua kepada Allah Swt apapun hasilnya, karena aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Setelah melakukan ibadah Sholat Ashar aku membuka hand phone dan login akun. (dalam kondisi masih menggunakan mukena sholat). 

Kuucapkan Bismillahirrohmanirrohiim. Alhamdulillah akhirnya aku di nyatakan lolos masuk perguruan tinggi di salah satu Universitas Islam Negeri (UIN) di Jawa Tengah. Aku sangat senang dan berkali-kali mengucapkan syukur kepada Allah Swt, atas keberhasilanku dalam mengikuti ujian tes tersebut.

Ayahku kembali jatuh sakit

Beberapa minggu kemudian, ayahku kembali jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Mentalku down seketika, pikiran kacau. Aku bergumam dengan diriku sendiri dengan mengucap dalam hati, “Bagaimana jika ayah tidak sembuh?” mau tidak mau, aku akan menelan rasa pahit dari apa yang kuimpikan.

akhirnya aku harus rela untuk mengikhlaskannya dengan memilih mundur dari UIN yang telah berhasil aku gapai sebelumnya, bahkan tanpa memikirkan kondisiku yang lemah pada saat itu. 

Sakit memang yang aku rasakan kala itu. Namun, karena semua demi kebaikan ayah kuikhlas merelakannya. Karena waktu itu hanya ada ibu dan aku yang bisa merawat ayah di rumah sakit. 

Dok.  putri dharma yanti memandang gedung rektorat unugiri (foto.putri

Tentang Perguruan Tinggi

Walaupun tidak jadi kuliah di perguruan tinggi yang kuimpikan. Namun, bisa kuliah adalah keinginanku sejak dulu, akhirnya aku memutuskan untuk kuliah di perguruan tinggi yang ada di Bojonegoro. 

Aku mencoba untuk mencari berbagai informasi tentang perguruan tinggi yang ada di Bojonegoro dengan berbagai pertimbangan, akhirnya pilihanku jatuh di Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI). 

Namun, Ketika kakakku mengetahui informasi terkait keinginanku melanjutkan untuk kuliah. Disitu beliau tidak setuju, bahkan melarangku untuk kuliah. Karena beliau beranggapan “Buat apa kuliah? lebih baik langsung menikah saja. Toh tidak ada yang mencari nafkah, siapa yang akan menanggung?” (ucap kakak waktu itu).

Dengan berbagai petuah yang kakakku katakana, aku menelannya dengan perasaan sakit.  Bagaimana mungkin, aku harus mundur lagi? dengan apa yang sudah aku upayakan, prosesku sudah sejauh ini, aku akan mengikhlaskan begitu saja? sepertinya tidak akan. Aku yakin takdir baik pasti akan datang padaku. Aku merasa sudah dewasa dan punya hak untuk memilih dalam menjalani kehidupan ini dan aku siap bertanggung jawab dengan pilihanku.

Meskipun dengan kondisi finansial keluargaku yang kurang mendukung. Namun, kuyakinkan diriku dengan Bondo Nekat disertai niat dan tekad yang kuat,  aku memberanikan diriku untuk mendaftarkan diri di peguruan tinggi pilihanku. 

Untuk menutupi kekurangan finansialku, aku mencari sebuah solusi agar kuliahku bisa berjalan dengan lancar, yakni mencari infomasi mengenai beasiswa. Dan Alhamdulillah, Aku menemukan informasi beasiswa yakni melalui jalur beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP-K), sehingga aku mendaftarkan diri dengan segera.

Awal masuk perkuliahan

Masuk semestar pertama di awal perkuliahan. Pihak kampus mewajibkan semua mahasiswa untuk membayar keperluan Kartu Rencana Studi (KRS) sebagai pengambilan mata kuliah. Dengan kondisiku yang tidak memungkinkan untuk bekerja dan keuangan orang tua yang tidak stabil, aku mecoba mencari pinjaman ke salah satu temanku untuk membayar kewajiban tersebut.

Alhamdulillah, Allah hadirkan orang-orang baik disekitarku. Aku mendapat pinjaman uang untuk memenuhi kewajiban tersebut. Kemudian aku segera membayarkannya dengan harapan agar aku bisa megikuti perkuliahan.

Kala itu, hari-hariku kujalani dengan menunggu pengumuman beasiswa KIP-K. Ada harapan besar namaku lolos dan berhasil mendapatkan beasiswa tersebut, agar aku bisa melanjutkan perkuliahan. 

Hari pengumuman penerima beasiswa yang kutunggupun telah tiba. Namun mirisnya, namaku tidak tercantum di dalamnya, artinya aku tidak lolos dalam seleksi penerima beasiswa KIP-K.

Aku bergumam dengan diriku sendiri, berkata di dalam hati “Bagaimana dengan kuliahku selanjutnya, apakah aku harus berhenti kuliah? atau bekerja dengan kuliah?”.

Begitu banyak pertanyaan di pikiranku waktu itu, karena Aku sudah tidak tau mau ke arah mana dan serasa buntu. Jikalau aku menceritakan kepada keluarga, malah hanya untuk menyudutkanku dan menyuruhku untuk berhenti kuliah.

“Apakah memang takdirku tidak bisa kuliah? Atau apakah aku yang terlalu memaksakan diri dalam menjalani kehidupan ini?”.

Namun, Aku yakin pasti akan ada jalan lain. Kuyakinkan diriku bahwa keputusan ini bukanlah akhir segalanya, sehingga aku harus kembali bekerja keras untuk mencari informasi beasiswa lainnya. 

Waktu terus berjalan dan aku menemukan beasiswa yang dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro yang hanya khusus bagi warga Bojonegoro.

Di panggil Kaprodi

Aku berencana untuk mendaftarkan diri ke beasiswa tersebut. Qodarullah, tiba-tiba saya dihubungi oleh bapak Kepala Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu bapak Su’udin Azis, M.Ag.

Waktu itu, beliau memberitahukan kepadaku bahwa saya lolos beasiswa KIP-K. Tangis haru pecah, bungkam tidak ada kata. Aku sangat bersyukur, Allah memang maha baik, entahlah aku tidak bisa menggambarkan perasaanku saat itu. dan Aku diminta untuk segera mengisi formulir kelengkapan sebagai penerima beasiswa KIP-K oleh beliau dan aku segera melengkapinya. 

“Alhamdulillah dan alhamdulillah, sungguh tidak ada yang mustahil dunia ini selagi kita selalu melibatkan Allah dalam setiap langkah kita” (gambaran perasaanku kala berhasil menerima beasiswa).

Pesanku buat teman-teman semua, jangan pernah merasa minder atau tidak mampu hanya karena kita berasal dari keluarga yang kurang beruntung. Karena ada kata-kata mutiara yang mengatakan, “Dimana Ada Keinginan, Disitu Pasti Ada Jalan”.

Jadi, jangan sampai kekurangan tersebut memadamkan api semangat kita untuk tetap melanjutkan pendidikan. Jangan pesimis, kita harus tetap yakin karena sekarang banyak beasiswa yang bisa kita dapatkan agar bisa melanjutkan perkuliahan.

Alhamdulillah ala kulli hal, sekarang aku sedang menempuh semester tiga. Dan pada Sabtu, 10 Agustus 2023, diriku berhasil meraih prestasi yakni menjadi juara pertama sebagai Ning Duta Aswaja An-Nahdliyah UNUGIRI. Selain itu, Aku juga berhasil meraih IPK yang baik di perkuliahan sehingga itu menjadikan kepuasaan tersendiri bagiku.

 Senangnya lagi, berangkat dari diriku yang mampu bertahan kuliah sampai detik ini, dan berhasil membuktikan kepada keluargaku dengan meraih pretasi dan dengan nilai yang baik,  membuat diriku kini didukung penuh oleh keluargaku. Bahkan kakakku yang dulu melarangku dalam melanjutkan perkuliahan, kini menjadi sangat mendukungku, karena aku berhasil membuktikan bahwa ini pilihan hidup terbaikku ini.

Aku pernah mendengar suatu hadis; ”Barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga”. 

Dan ada sebuah kata-kata mutiara, “Man Jadda wa Jadda” (Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan hasil)”.

Maka, ketika kalian berniat untuk kuliah, kejarlah itu! yakinlah bahwa Allah akan membantu kalian, dengan disertai ikhtiar (usaha) dan doa. 

Semangat buat teman-teman di luar sana yang sedang berjuang, semoga secercik kisah ini bisa menginspirasi teman-teman semua.

Peluk jauh para pejuang pendidikan

Penulis: Putri Dharma Yanti dan Lailatus Sa'adah (Mahasiswa Prodi PAI UNUGIRI) 

Editor  : M. Ainun Najib


Posting Komentar untuk "Bondo Nekat"